Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Widyatama
Berkuliah, menikah muda dan merintis usaha. Ketiganya menggambarkan kehidupan Al Isklamabad saat ini. Namun, Al menjalaninya dalam kondisi yang luar biasa, yaknI dengan tunarungu yang dideritanya sejak usia 12 tahun.
Mesin penggiling padi telah merusak gendang telinganya. Sulit bagi Al yang tinggal tak jauh dari tempat penggilingan padi menghindari desingan suara mesin. Namun, Al menerima cobaan itu dengan iklas. Semangat hidupnya tak luntur. Begitu juga dengan semantanya meraih pendidikan. Lahir di keluarga petani dengan segala keterbatasan, membuat Al tak gentar menuntut ilmu sampai Perguruan Tinggi
Meski kesulitan mengikuti materi kuliah terutama praktik, Al tetap bersemangat menyelesaikan kuliahnya yang tinggal setahun lagi di Teknik Informatika Universitas Widyatama Bandung. Pria kelahiran Tasikmalaya, 17 April, 20 tahun lalu itu juga bersemangat menjalankan bisnis bersama sang istri, Nurul Afifah. Nurul yang diperistri oleh Al pada Mei 2017, saat ini merintis souvenir lukisan di talenan sejak setahun silam. Bakat melukis Nurul serasah sejak sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Setelah menonton acara menggambar di televise. Nurul menghabiskan waktu luangnya mewarnai sampai akhirnya menggambar sendiri.
Saat SMP, dia menjuarai lomba seni siswa nasional seperti pada tahun 2011 meraih peringkat II di Makassar dan peringkat II pada tahun 2012 di Lombok. Dia dikirim setelah menjadi juara di tingkat Jawa Barat. Selama ini banyak lukisan di kanvas, mungkin orang-orang bosan. Ujar Al ditemani Nurul saat ditemua di masjid Salman Kampus ITB. Jumat (9/2). Souvenir-souvenir lukisan itu diproduksi di rumah orangtua Nurul di Cimahi.
Awalnya Nurul hanya berani memadukan hitam dan lukisan dalam lukisannya. Namun bosannya konsumen mendorong kedianya berinovasi dalam warna. Al yang pernah menjalankan bisnis sablon pakaian pun turut membantu Nurul memilih bahan-bahan lukis berkualitas dan murah seningga sekarang lukisan di talenan tak lagi luntur seperti sebelumnya.
Sekarang mulai laku, bisa ada 40 permintaan sebulan meski tak tentu. Tapi keuntungannya masih digunakan untuk menutup banyak kebutuhan termasuk untuk untuk biaya mertua yang sedang sakit. Kata Al. Nurul juga mulai meramnah melukis tas totebag kanvas anti luntur untuk menambah pendapatan.
Meski belum benar-benar kokoh, bisnis Al dan Nurul dilirik dalam acara skala internasional bertajuk Japri alias Jadi Pengusaha Mandiri. Pada Japri yang diselenggarakan USAID dan MRUF (Yayasan keluarga Sandiaga Uno) di gedung JICA kampus UPI Bandung belum lama ini. Al adalah salah salah seorang dari tiga pengusaha terpilih yang diseleksi ?dari 90 pengusaha.
Meski belum menorehkan prestasi gemilang, agaknya pemesan souvenir Al dan Nurul bisa jadi kebanggaan tersendiri. Kami bikin untuk Sandiaga Uno dan Darwis Triadi (Fotografer Profesional). Duta Besar Amerika untuk Indonesia Joseph R Donovan juga pernah. John Travolta juga pernah, tapi pemesannya orang lain. Tutur Al.
Pesanan gambar-gambar detail seperti foto wajah, dikerjakan oleh Al sekitar sehari. Sementara itu, gambar-gambar kartun dikerjakan oleh Nurul dengan waktu yang lebih singkat. 2-3 jam.
Souvenir dibanderol dengan harga terjangkau mulai Rp. 50.000 ? Rp. 70.000 tergantung ukuran talenan dan banyaknya objek bambar. Pemesanan bisa dengan mudah mengorder melalui instagram pribadi Al dan Nurul. Melalui acara Japri tadi, Al menjadi belajar manajemen keuangan yang sejak memulai bisnis dengan sitrinya, sama sekali dia tidak pahami. Berbisnis sambil berkuliah kadang membuatnya lelah, apalagi jika kuliah selesai pada sore hari. Al juga mengajar agama di Difababel Creative Center di Gegerkalong. Selepas berkuliah, al ingin mewujudkan cita-citanya menjadi guru agama bagi anak-anak yang tuli. Namun buka untuk guru yang formal, melainkan pesantren. Al begitu optimis mewujudkan keinginannya. Kepada teman-temannya yang senasib dengannya. Al mengingatkan agar tetap yakin. Cob baca QS Al Insyirah. Bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Ujar dia.
Refer: https://www.widyatama.ac.id/universitas-widyatama-concern-megasah-potensi-mahasiswa/